Kekuasaanmu Bisa Bawa Derita Bagi Orang Terdekatmu

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

(AL IQRO’) – Setiap ada kesempatan untuk meraih peluang kekuasaan, hampir semua orang tak akan menolaknya. Bahkan orang-orang terdekat juga akan ikut berjuang mati-matian agar kekuasaan bisa diberikan kepada pihak tempat harapkan mereka tumpahkan. Tentu dengan keinginan bahwa nanti jika pihak yang didorong untuk berkuasa itu telah berhasil, ia akan mempergunakan kekuasaanya dengan baik dan memberi balasan positif kepada orang-orang terdekatnya itu.

Namun kondisinya kerap kali menjadi terbalik. Pihak yang sudah diperjuangkan, malah sering tetap menjadi beban bagi orang-orang terdekatnya meski kekuasaan telah diraihnya. Orang-orang yang paling bisa dipercaya, sadar atau tidak malah sering kali terus menadapat tekanan dan kesulitan baru yang harus mereka hadapi akibat dari kekuasaan tersebut.

“Kita sering mengira orang yang dekat dan dipercaya oleh pejabat atau penguasa itu hidupnya pasti nyaman dan enak. Padahal itu tidak sepenuhnya benar lho,.. orang ring satu (istilah untuk orang terdekat, red.) itu malah paling berat lho bebannya,” ungkap Dewa Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya yang kini masih mengemban jabatan sebagai Perwira Polri yang bertugas di wilayah hukum Polda NTB.

Semakin tinggi dan penting jabatan atau kekuasaan yang diperoleh, maka beban atau masalah yang menyertainya pun juga akan paralel tingkatanya. Dimana tentunya banyak diantara permasalahan itu yang tidak akan bisa diselesaikan sendiri oleh si pejabat. Disitulah kembali orang-orang terdekat pasti akan diperankan, karena sebagian bentuk masalah tidak bisa dipercayakan untuk ditanganai oleh orang-orang jauh.

“Nah,.. saat seperti itu ring-ring satu ini yang pasti dipanggil. Dan pasti terkait persoalan yang sulit atau yang rahasia, yang tidak boleh orang luar tahu” jelas Dewa.

Situasi berat seperti itu tidak jarang terjadi pada orang-orang dekat pejabat. Namun sering tidak dibarengi dengan dukungan yang cukup dari si penguasa, baik dari segi dukungan perhatian maupun dukungan lain yang sebenarnya mutlak mereka butuhkan.

“Namun nasi sudah jadi bubur, konsekuensi tetap harus diselesaikan apapun resikonya. Ring satu yang berjiwa kesatria harus berfikir dan berkomitmen seperti itu,” ungkap Dewa dengan berapi-api.

Dewa mengisahkan bahwa dari pengalamnya yang telah diberi amanah bertugas diseluruh wilayah NKRI, bahkan hingga ke luar negeri, kondisi dan kejadian seperti ini tidak jarang ia temui. Bukan hanya di lingkar institusi pemerintahan, namun juga terjadi pada banyak struktur keorganisasian. Dari mulai organisasi yang berafiliasi dengan kekuasaan besar maupun kecil.

“Jika diijinkan saya cuma ingin sekedar mengingatkan kepada siapapun yang sempat diberi amanat kekuasaan, supaya jangan melupakan bahwa kekuasaan tidak mungkin diraih dengan usaha sendirian saja. Pasti ada orang lain yang ikut berjuang untuk itu,” ungkapnya.

“Terkadang cuma karena lupa atau bisa juga karena terbiasa, kita yang berkuasa malah sering lebih menyusahkan orang dekat, ketimbang orang lain yang sebenarnya tidak perlu terlalu kita buat senang,” imbuhnya, menuntaskan penjelasan gamang tentang materi konsekuensi negatif yang lahir dari kekuasan tersebut. (red)

]]>

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait