AL IQRO’ Ampenan – “Jika pemahaman tentang kata cinta disejajarkan hanya dengan perasaan yang menghubungkan antara kaum adam dan hawa semata, maka pemahaman kita tentang kata ajaib tersebut bisa dibilang masih minim sekali,” ungkap Dr. Dewa Wijaya memulai penjabaran pemahamannya tentang materi kompleks bernama cinta di Tangerang, 7 September 2022.
Menurut Doktor ahli hukum itu, cinta sering kali dipandang dengan pemaknaan yang sangat kerdil. Yaitu terbatas hanya berbentuk rasa yang berkaitan dengan hubungan antar manusia semata. Bahkan ada yang memaknainya hanya sebagai konektor pasangan antara kaum lelaki dan wanita saja.
“Dalam pemaknaan yang terbilang kerdil yang berkaitan dengan hubungan antara kaum hawa dan adam saja, cinta memiliki dua sisi yang sering dialami namun kerap tidak diperhatikan oleh sebagian manusia. Dalam urusan ini, cinta populer dikenal dengan wajah pemembawa kebahagiaan dan suasana berbunga-bunga. Padahal cinta juga punya sisi lain yang berkaitan dengan suasana kesedihan dan kenestapaan,” papar pria yang tercatat masih aktif sebagai anggota korps berbaju coklat tersebut.
Memahami cinta menurut Dewa, tak bisa hanya dipandang sebagai dunia pink milik kaum milenial semata. Karena pada dasarnya semua aspek kehidupan manusia dan alam semesta mengandung cinta sebagai variabel utamanya, meski tak mudah bagi manusia untuk memahami di bagian mana bahan baku cinta itu bersemayam.
“Dalam konteks yang lebih luas, cinta juga akan sangat memberi perbedaan warna jika telah difahami bahwa ia merupakan variabel wajib dalam setiap aktifitas manusia dan alam semesta. Termasuk dalam urusan vertikal yaitu tentang hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta,” sambung bapak dari 3 putra putri ini.
Tidak secara spesifik, Dewa juga sempat menyinggung tentang banyaknya tindakan yang kurang terpuji terjadi yang diklaim berlandaskan alasan religi. Padahal menurutnya ajaran religi yang dikenalnya berbahan dasar cinta dan dalam setiap konteks serta bagian-bagiannya kaya dengan balutan lapisan-lapisan cinta juga.
“Sepertinya semua aliran religi mengajarkan cinta yang serupa dalam ajarannya,” ungkap Dewa.
“dan saya sepakat dengan ungkapan seorang pemuka agama yang mengatakan bahwa, ‘ketika kita sudah beragama dengan cinta, maka kita tidak ada membenci agama manapun. Tidak ada membenci suku apapun. Karena kita semua adalah hamba Sang Pencipta, dan ketika kita mencintai Sang Pencipta maka kita akan mencintai seluruh mahluk ciptaanNya,” ungkap Dewa menyadur ungkapan salah seorang pemuka agama di Indonesia. (red)