AL IQRO’ Ampenan – “Rasanya sudah tak ada lagi orang yang se-superior Nabi Musa dan se-inferior Raja Fira’un di jaman sekarang ini. Karena jaman sudah berubah dan cerita baik tidaknya orang tergantung dari mana kita mendengar ceritanya,” ungkap Dr Dewa Wijaya, pemerhati sosial budaya berdarah Bali saat memulai kajian sosial budayanya di Tangerang Kamis (15 09 2022).
Ungkapan itu disampaikan Dewa merujuk banyaknya perselisihan yang terjadi akibat kekeliruan orang dalam menilai orang lain. Bahkan banyak yang berujung pada proses hukum atau tindak kriminalitas. Situasi seperti itu belakangan menjadi semakin masif dan berdampak lebih parah akibat meluasnya pengguna media sosial di tengah masyarakat.
Menurutnya, manusia dalam memberikan penilaian tentang seseorang atau sekelompok orang atau bahkan terhadap sesuatu yang bukan mahluk hidup sekalipun. Tidak akan pernah bisa objektif 100 persen. Selalu akan ada sisi yang belum diketahui oleh orang yang memberikan penilaian tersebut.
“Bahkan hasil penelitian akademis sekalipun bisa tidak tepat dalam membuat kesimpulan ilmiah. Salah satu contohnya dulu banyak yang meyakini bumi itu datar, karena belum berkembangnya ilmu pengetahuan. Beberapa masa setelahnya diketahui bahwa ternyata bumi itu bulat, meski sejumlah orang yang karena ilmunya kembali berkeyakinan bahwa bumi berbentuk datar,” ungkap Dewa memberi ilustrasi yang bersifat global.
Ia ingin menjelaskan bahwa keyakinan seseorang terhadap penilaiannya tentang orang lain atau hal tertentu, tidak akan pernah bisa final sepenuhnya. Karena manusia memiliki banyak keterbatasan yang membuatnya secara otomatis juga terbatas dalam menganalisa dan menyimpulkan sesuatu.
“Sefokus apapun seseorang dalam meneliti, pasti akan ada hal yang meleset dari perhatiannya. Apalagi yang hanya melihat atau mendengar sekilas, sebaiknya jangan membuat penilaian atau kesimpulan apapun. Terlebih sampai menyebarkan penilaiannya itu ke media sosial, bisa fatal akibatnya,” ungkapnya.
Maka menurut Dewa yang pertama harus dilakukan untuk memperkecil peluang datangnya masalah adalah menyaring dari mana sumber infromasi yang boleh dan tidak boleh diterima. dan yang terpenting berikutnya adalah jangan menyampaikan penilaian apapun jika tidak harus untuk mengeluarkan pendapat dan penilaian.
“Manusia bisa baik di mata seseorang, tapi bisa jahat di mata orang lain. Semuanya tergantung siapa yang bercerita. Maka sangat penting untuk memeriksa dan memastikan bibit, bebet bobot sumber cerita itu Sendiri,” Tutup pria bergelar Doktor ahli hukum pidana tersebut. (red)