(AL IQRO’) Saat seseorang terjebak dalam kondisi tertentu yang membuatnya harus tergantung kepada pihak lain. Sering kali orang tersebut lantas menjadi “sapi perah” bagi pihak tempatnya bergantung. Dengan berbagai pola tingkah dan alasan, orang yang dalam kondisi ketergantungan terpaksa memenuhi berbagai permintaanya, baik secara langsung ataupun tidak.
Menurut pengamat sosial budaya Dewa Agung Dharma Wijaya, permintaan yang disampaikan secara terang-terangan lebih bisa dihargai. Karena akan lebih mungkin untuk dimintai pertanggung jawaban hasil sebagai konsekuensi dari permintaanya yang telah dipenuhi.
“Yang parah itu saat ada permintaan yang tidak langsung disampaikan. Contohnya saat pihak tersebut menceritakan berbagai situasi, yang siapapun pasti mengerti arahnya,” Jelas Dewa saat ditemui di kediamanya di Jakarta.
“Contoh kongkritnya saat pihak tersebut tiba-tiba bercerita kesulitan yang dialaminya, atau mengabari bahwa dia harus berangkat menuju suatu tempat untuk menemui seseorang terkait kebutuhan orang yang berketergantungan itu. Meski tak meminta dukungan finansial secara langsung, tentunya pihak yang tergantung padanya akan mengerti apa yang harus dilakukanya,” ungkap Dewa.
Jenis kelakuan seperti itu, disebut Dewa sebagai bentuk kode kekanak-kanakan kaum peminta-minta. Karena saat permintaan tak langsung itu dipenuhi dan hasil yang diharapkan tak kunjung terwujud. Maka pihak pemberi kode cenderung akan mengelak dan menolak mengakui pernah meminta sesuatu dari orang yang dimaksud.
“Lantas biasanya mereka akan menyebut diri tak pernah meminta apapun. Mereka juga akan menyebut dirinya hanya bermaksud bercerita saja tentang situasi yang dihadapi, bukan ingin meminta apa-apa,” ungkap Dewa.
“Jadi mereka akan dengan ringan hati merasa tidak bertanggung jawab sama sekali atas tidak sesuainya hasil dari upaya yang dilakukan. Toh,.. saya kan tak pernah meminta apapun, saya kan hanya bercerita saja,” ungkap Dewa mencontohkan kalimat sanggahan mereka.
Dewa mengakui bahwa memang tidak ada kalimat langsung permintaan apapun yang disampaikan. Namun Ia juga menjelaskan bahwa siapapun yang sedang dalam kondisi tergantung dan membutuhkan bantuan. Lantas disuguhi cerita kesulitan yang dihadapi, atau kabar tentang pihak yang akan membantu tersebut menegaskan dirinya akan mulai bekerja untuk membantunya. Maka siapapun yang berfikir normal tentunya akan mengerti apa yang harus dilakukan, tanpa ada kalimat langsung yang tegas terkait permintaan tersebut.
“Kalau lantas tidak berhasil,… Yaahhh,… ujung-ujungnya menyebut dirinya tak pernah meminta, tapi diberi secara sukarela, jadi kalau sampai tidak berhasil,.. ya harus sabar saja” sambung pria yang masih aktif bertugas sebagai Anggota di Mabes POLRI tersebut.
“Orang-orang yang bermental seperti ini, jika memegang peranan penting dalam suatu organisasi atau instansi. Akan banyak membawa mudarat bagi banyak orang,” tutup Dewa dengan pandangan menerawang, seakan prihatin dengan kondisi yang kerap terjadi belakangan ini. (red)