(AL IQRO’ Mataram) Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya yang saat ini menetap di wilayah Ibu Kota Jakarta menepis keras ungkapan yang tak jarang kita dengar terkait panjang usia manusia. Ungkapan yang menyatakan bahwa “umur orang tidak ada yang tahu”, dinilai Dharma Wijaya sebagai ungkapan yang sangat mungkin membias pemaknaanya.
“Pagi ini saya menerima tantangan dari sejumlah orang alim. Tantangan itu berkaitan dengan merebaknya isu virus yang belakangan marak dibicarakan orang sedunia,” ungkap Dharma Wijaya yang dihubungi melalui sambungan telepon Kamis (1 03 2020).
Pembahasan tentang merebaknya isu virus tersebut bermuara pada kesimpulan dari salah satu orang alim yang mengatakan bahwa umur orang tidak ada yang bisa mengetahuinya dengan pasti. Ungkapan tersebut disanggahnya dengan menyebutkan alasan dan bukti.
“Kata siapa umur orang ndak ada yang tahu, saya tahu kok,..” tegasnya menceritakan kalimat yang dilontarkanya pada moment tersebut.
Kalimat itu disambut tegas oleh beberapa orang yang kebetulan juga ada di lokasi tersebut. Mereka memberikan tantangan agar Dharma bisa membuktikan apa yang disebutkanya tadi. Tentunya dengan ada imbalan tertentu yang dijanjikan.
“Baik akan saya buktikan” tegas Dharma.
“Silahkan semua yang ada di sini keluarkan KTP, saya akan segera mengetahui berapa usia kalian semua sesaat setelah saya melihat KTP kalian. Karena disitu pasti jelas tertera tahun berapa kalian lahir, lalu tinggal dihitung sudah berapa tahun kalian hidup sampai saat ini,” ungkap Dharma menceritakan ucapanya.
Pembuktian yang disodorkanya tersebut, kontan membuat semua yang hadir di lokasi itu mengerti bahwa maksud dari ungkapan yang dilontarkan Dharma berbeda makna dengan yang mereka maksudkan. Namun mereka juga mengakui bahwa dari sisi makna kalimat, jawaban dan pembuktian yang dilontarkanya sama sekali tidak keliru.
“Maksud saya adalah tidak lain ingin menyampaikan bahwa satu kalimat bisa memiliki banyak pemaknaan dalam penjabaran sudut pandang tertentu. Jadi terkadang kita harus mampu memaksa diri untuk memiliki wawasan lebih luas dari sekedar apa yang kita ketahui saat ini. Karena suatu kalimat bisa memberikan makna yang sangat luas, namun juga bisa menjadi sangat sempit di satu susunan kata yang sama.” Ungkapnya menjelaskan maksud dari candaanya mengenai pemaknaan suatu kalimat tertentu tersebut.
“Nah,.. sekarang coba bayangkan jika ternyata selama ini kita banyak kurang tepat melihat sudut pandang dalam memaknai kalimat kalimat yang penting dan bersejarah dalam kehidupan manusia. Dalam tuntunan kitab pidana, perdata, atau kitab kitab lainya misalnya. Wah,.. bisa panjang dan besar dosanya. Ya kan,..?” ungkapnya menutup pembicaraan terkait cerita uniknya pagi itu. (red)