Dewa Wijaya: Shorinji Kempo Ajarkan Jangan Lemah dan Jangan Zalim

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
Dr Dewa Wijaya (kiri), Bhisma Wijaya (tengah), Prabu Wijaya (kanan), rutin berlatih Shorinji Kempo bersama

(AL IQRO’ Ampenan, 3_9_21) Olahraga bela diri Shorinji Kempo menanamkan filosofi yang sangat mendasar dalam ajaranya. Filosofi untuk bisa mengukur garis batas kekuatan untuk mempertahankan harga diri, dengan penghargaan terhadap harga diri orang lain.

“Filosofi utama dalam seni bela diri Shorinji Kempo adalah ‘Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan, kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman’. Rasanya tidak sulit memahami kalimat itu,” kata Dr. Dewa Wijaya, ketua Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (PERKEMI) Prov. Banten, Jumat (3_9_21).

Menurut Dewa terdapat perbedaan yang sangat signifikan, antara memahami suatu susunan kata dalam kalimat dengan pengaplikasianya dalam keseharian.

“Susunan kata yang membentuk kalimat akan berproses dalam fikiran dan akan dicerna otak menjadi nutrisi pemahaman. Sementara pelaksanaan dari pemahaman itu dalam keseharian, membutuhkan dorongan dan kesungguhan niat yang besar dan tulus. Karena paham bukan lantas berarti akan mudah melaksanakan,” papar Dewa yang sudah puluhan tahun berkiprah aktif dalam dunia seni bela diri Shorinji Kempo.

Disebut Dewa, dalam seni bela diri Shorinji Kempo terdapat sejumlah tahapan dan aktifitas yang merujuk pada filosofi tersebut. Sehingga filosofi yang telah dihafalkan dan dicerna otak, akan bisa tertanam dalam jiwa dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

“Teknik bela diri ini mengajarkan teknik menangkis (uke), memukul (tzuki), menendang (geri), juga sejumlah besar teknik melipat, membanting, mengunci, dan melempar. Ada yang termasuk teknik keras (goho) ada juga teknik lentur/lembut (juho). Teknik lainnya adalah totokan/pijatan (seiho) yang menyasar pada titik-titik tertentu pada tubuh, bisa digunakan untuk serangan, bisa pula untuk penyembuhan/pengembalian kesadaran. Secara teknik bela diri, Shorinji Kempo sangat lengkap karena berbagai teknik dipelajari dengan teliti dan detail,” jelas pria yang juga masih tercatat aktif sebagai prajurit di Mabes Polri tersebut.

Berbagai teknik gerakan itu, selain mengajarkan kemampuan secara fisik. Ternyata juga menanamkan kefahaman filosofis kedalam bathin pelakunya. Filosofi untuk menjadi kuat agar mampu mempertahankan harga diri pribadi, sekaligus memiliki kepribadian yang peduli terhadap harga diri orang lain.

“Meskipun tidak dituturkan secara spesifik seperti pemaparan kuliah dari dosen kepada mahasiswanya, namun dengan pelatihan fisik rutin dan beberapa tahapan dalam latihan Shorinji Kempo, jiwa untuk tidak lemah dan tidak zalim secara simultan tertanam dalam jiwa kami,” ungkap Perwira Polri yang beberapa tahun lalu sempat menjabat selaku Kapolsek Serpong, Banten dan dikenal dengan panggilan AKP Dewa Wijaya tersebut.

“Karena alasan pentingnya memahami filosofi kehidupan yang diajarkan melalu bela diri ini, tentunya saya tidak ingin pengajaran ini tidak diwariskan kepada generasi penerus nantinya.” ungkap Dewa.

“Maka paling awal Shorinji Kempo saya wajibkan untuk dipelajari oleh orang-orang terdekat saya dulu, mulai dari anak dan jajaran terdekat saya. Tentunya saya juga berharap lebih banyak orang yang mau mempelajari dan memahami Shorinji Kempo dan filosofinya. Akan sangat baik untuk negeri ini kedepan,” tutupnya tegas. (red)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait