(AL IQRO’) – Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi beberapa tahun terakhir, menyebabkan terjadinya perkembangan pesat pada seluruh aspek kehidupan. Termasuk bertambahnya jumlah orang yang berpengetahuan luas dan mendalam.
Mudahnya mengakses informasi belakangan ini mengakibatkan tidak sedikit masyarakat yang bisa menemukan sendiri jawaban secara teoritis atas hampir semua jenis permasalahan yang terjadi.
“Masalah apapun sekarang tinggal ‘googeling‘ pasti ketemu jawabanya. Ilmu jadi sangat mudah dan murah, asalkan rajin mencari hampir bisa dipastikan jawaban teorinya pasti ketemu,” ungkap Dewa Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya di Mataram baru-baru ini.
Kondisi seperti ini jika tidak disikapi dengan arif dan dibentengi dasar pemahaman etika yang cukup, bisa berdampak sangat negatif. Karena selain membuat informasi atau ilmu menjadi kurang dihargai, juga akan membuat banyak orang menjadi berlebihan dalam bersikap.
“Jadi banyak orang yang terkadang bersikap berlebihan, seperti sok tahu dalam tanda kutip,” tambah Dewa.
“dan situasi bisa jadi tambah runyam kalau terlalu banyak orang yang menjadi sok pintar tanpa dibentengi ilmu etika yang cukup. Bisa berbahaya bagi tatanan kehidupan bermasyarakat,” lanjutnya.
Menurutnya sangat tidak salah bagi siapapun yang berniat menambah ilmu pengetahuanya dengan cara apapun. Baik melalui sekolah formal maupun informal. Namun yang terpenting untuk selalu diingat adalah muara dari ilmu pengetahuan setelah didapatkan adalah pengaplikasianya secara nyata.
“Muara dari ilmu adalah tindakan, bukan hanya pengetahuan atau hanya kemampuan untuk bicara saja. Maka ilmu wajib dibarengi dengan benteng etika, bukan hanya kemampuan nalar semata,” tegas pria berdarah Bali tersebut. (red)
]]>
