Tradisi dan Kebiasaan Tak Ubah Seperti Buah Mangga

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
dharma wijaya saat mengunjungi salah satu rumah ibadah

(AL IQRO’ Mataram) Mempertahankan tradisi dan kebiasaan dalam tatanan kehidupan, baik dalam strata sosial yang sempit seperti dalam keluarga maupun dalam koridor sosial yang lebih luas. Merupakan suatu hal yang sangat sering diberlakukan oleh banyak orang dalam keseharianya. Kebiasaan dan tradisi terkadang bisa menjadi sesuatu yang sangat sakral dan berkedudukan setara dengan hukum agama dan hukum formal.

“Padahal dalam kenyataanya banyak tradisi dan kebiasaan terkadang harus bisa menyesuaikan situasi, karena terkadang dua hal tersebut bisa jadi sudah tidak relevan lagi untuk diberlakukan akibat perubahan era atau zaman atau karena situasi tertentu,” ungkap I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya yang saat ini masih terdaftar sebagai anggota aktif di Mabes POLRI, Sabtu (09 05 20).

Dharma Wijaya mengilustrasikan beberapa tradisi dan kebiasaan akan berevolusi mirip seperti buah mangga. Saat baru muncul akan memiliki rasa yang pahit, semua orang normal akan menolak bahkan hanya untuk mencicipinya sekalipun. Namun dengan berjalanya waktu, ia akan mulai terasa asam. Dalam tahap ini akan ada sedikit orang yang memang berselera dengan rasa asam yang akan menerimanya dengan baik.

“Setelahnya dia akan matang dan manis rasanya. Semua orang akan berebut untuk mendapatkan dan menikmati rasanya. Hanya orang-orang yang tidak normal atau yang memang memiliki hal tertentu yang akan tidak menyukai manisnya buah mangga,” ungkap DW melanjutkan ilustrasinya.

Namun tak lama, buah mangga akan mulai membusuk. Pada tahap ini keberadaanya akan mulai menggangu, dan jika ada yang memaksakan diri untuk mencicipinya, kemungkinan besar akan sakit. Selanjutnya dengan berjalanya waktu, yang akan tersisa dari buah mangga hanyalah bagian biji yang mengering.

“Waktu dan situasi alam yang akan menjadi wasit, kapan suatu tradisi dan kebiasaan akan berevolusi seperti buah mangga itu. Mungkin dalam hitungan tahun, puluhan tahun, bahkan mungkin ratusan tahun. Namun yang pasti, wajib akan ada perubahan. Dan berlakunya suatu tradisi pada saatnya akan tergeser oleh sesuatu yang baru.” Kata DW.

“ Namun perlu diingat bahwa tradisi dan kebiasaan bukanlah sesuatu yang akan selalu menjadi hal yang baik. Tidak juga akan berujung menjadi sesuatu yang selalu buruk. Yang terpenting untuk diperhatikan adalah saat tradisi dan kebiasaan itu akan membawa lebih banyak mudarat dari pada manfaat bagi banyak orang. Maka itu pertanda bahwa sudah harus ada hal baru yang menggantikanya,” Pungkas DW dengan tidak menjelaskan secara detail dari arah dan contoh tradisi dan kebiasaan yang dibicarakanya. (red)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait