(Ampenan, 12-8-21) Banyak bukti yang menunjukan bahwa Nusantara dahulu adalah bangsa yang sangat besar. Sejak ribuan tahun lalu, situs dan bukti-bukti sejarah itu menunjukan secara jelas bahwa Nusantara merupakan bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi. Tentunya bisa dipastikan bahwa hampir tak ada anak bangsa, yang tidak merasakan kebanggaan menjadi bagian dari kedaulatan yang masyhur tersebut, kala itu.
“Bukan tanpa sebab atau terbentuk dengan sendirinya secara natural, Nusantara yang terkenal masyhur itu bisa terangkat dan mempunyai peradaban yang tinggi, salah satunya karena memiliki banyak pejuang berjiwa ksatria,” kata Dr. Dewa Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya yang memiliki banyak referensi tentang kisah sejarah Nusantara dahulu.
Menurut Dr. Dewa salah satu pilar penting yang menjaga dan membuat kebesaran Nusantara dahulu terus meningkat, adalah pengabdian para ksatria yang berjuang dan bekerja untuk bangsanya. Tidak tampak jiwa egoisme yang mengemuka dalam setiap kisah catatan sejarah para ksatria pejuang tersebut.
“Adat budaya dan kebiasaan tata cara kehidupan orang bangsa timur megajarkan keutamaan mendahulukan kepentingan orang banyak. Adat tersebut ditetapkan dalam bentuk norma, selanjutnya norma-norma itu dijalankan serta dijaga kemurnianya oleh para ksatria yang mengabdikan diri untuk bangsanya,” tutur Dr. Dewa melalui sambungan telepon seluler, kamis 12-8-21.
Kondisi tersebut tampak sangat jauh berbeda dengan apa yang tersaji di muka umum beberapa waktu terakhir. Tidak sedikit masyarakat yang tidak merasa bangga menjadi bagian dari negeri ini sekarang. Tidak sedikit pula oknum yang seharusnya mengabdikan diri untuk menjadi penjaga norma sesuai sumpahnya, malah dengan cukup fulgar berbuat sebaliknya.
“Saya memahami bahwa memang zaman mengalami perubahan yang luar biasa belakangan ini, perkembangan teknologi merubah tatanan cara di hampir semua aspek kehidupan. Namun menurut saya hal itu tetap saja tidak bisa dijadikan alasan untuk lantas menjadi egois dan individualis. Menurut saya sifat egois dan individualis itu norak,” kata pria yang hingga saat ini masih tercatat aktif sebagai perwira di tubuh Polri tersebut.
“Karena disadari atau tidak, suka atau tidak, cepat atau lambat, cara hidup egois dan individualis itu akan kembali merongrong diri kita masing-masing. Akan kembali merusak tatanan hidup kita sendiri, baik pribadi maupun keluarga terdekat kita. Jadi sebenarnya tidak ada alasan untuk meninggalkan cara hidup yang telah diajarkan para leluhur kita dulu. Terutama untuk para kstaria, yang pastinya juga lahir dari leluhur para ksatria juga,” jelas Dr. Dewa yang beberapa tahun lalu dikenal dengan panggilan AKP Dewa Wijaya sewaktu menjabat sebagai Kasat Reskrim Polres Bandara Soeta.
“Cara hidup leluhur kita dahulu terbukti menghantarkan Nusantara menjadi Bangsa dengan peradaban yang tinggi dan masyhur, yang tentunya juga memberi kemaslahatan bagi seluruh masyarakatnya. Sementara cara hidup banyak orang hari ini telah membawa kita semua sampai pada kondisi yang seperti sekarang kita hadapi bersama. Rasanya saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar tentang situasi yang sekarang dan seperti apa rasanya,” Tutup Dr. Dewa mengakhiri kalimatnya dengan wajah agak muram (red.)





