Pemimpin Harus Tahu Kapan Mendengar dan Didengar

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
pemahaman untuk menjadi pemimpin

(AL IQRO’) – Seni memimpin suatu organisasi, apapun bentuk dan tujuan dibentuknya pasti akan mengacu pada aturan-aturan yang diberlakukan untuk menjalankan organisasi tersebut. Baik aturan yang dibuat secara tertulis ataupun tidak tertulis, yang baku maupun yang berbentuk kesepakatan semata.

Namun aturan-aturan tersebut tidak akan banyak membantu seorang pemimpin organisasi, jika tidak dibarengi dengan kesadaran untuk menggunakan etika kepatutan dalam memimpin.

“Satu diantara etika yang harus diperhatikan seorang pemimpin adalah mengerti cara berterimakasih. Bukan hanya kepada pimpinan atau kolega saja, tetapi juga kepada bawahan atau karyawan,” ungkap Dewa Wijaya, pemerhati sosial budaya yang saat ini juga masih mengemban tugas sebagai anggota Polri yang bertugas di NTB.

Menurutnya jika etika berterimakasih ini tak bisa difahami oleh seorang pemimpin, maka akan ada dampak yang tidak baik bagi organisasi. Juga akan ada dampak buruk bagi si pemimpin itu sendiri secara pribadi.

“Paling minim bawahan tidak akan menghargai kita sebagai pemimpinya. Jadi meskipun ada aturan yang jelas dan mengikat, sering kali aturan baku itu tidak akan membantu si pemimpin untuk bisa mengatur bawahanya dengan baik,” jelas Dewa.

“Bawahan jadi tidak ‘respect‘, kalau sudah seperti itu akan sulit menjalankan roda organisasi. Unjung-ujungnya bisa stress sendiri,” sambungnya.

Lebih jauh Dewa menjelaskan juga bahwa seni memimpin suatu organisasi juga tidak boleh lepas dari kemampuan membaca waktu untuk memberi perintah dan mengayomi serta melindungi bawahan. Juga mengerti bagaimana cara mengatur hubungan baik dengan pihak luar.

“Jadi harus bisa membaca situasi kapan harus tegas, kapan harus keras. Bilamana harus lembut dan saat dimana mesti melindungi. Bukan hanya mau didengar saja, tapi juga wajib pandai mendengar,” tegasnya.

“Sederhananya ya harus pandai membaca kapan harus memberi dan kapan saat boleh menerima. Terlebih jika kita berada pada posisi yang bukan sebagai pucuk pimpinan dari suatu organisasi, ya… harus tahu diri,” Pungkasnya sambil tersenyum tipis. (red)

]]>

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait