Dewa Wijaya: Tepat Memilih “Tangan Kanan” Kunci Sukses Seorang Pemimpin

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
tangan kanan pemimpin

(AL IQRO’) – Semakin tinggi posisi seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kemampuanya dalam segala hal. Selaras dengan itu, semakin kompleks, rumit dan banyak juga hal yang harus menjadi perhatian dan bebanya. Kondisi itu adalah keadaan yang akan sangat sulit untuk dibayangkan dan dimengerti oleh orang-orang yang belum memiliki kesempatan untuk mengalaminya.

Sementara disatu sisi orang dengan posisi yang tinggi yang biasanya merupakan seorang pemimpin, wajib akan berinteraksi dengan banyak pihak yang belum memahami kondisinya itu. Baik secara langsung dalam situasi tertentu, maupun secara tidak langsung melalui kebijakan dan alur tugas kepemimpinanya.

Dalam situasi ini, pemimpin yang bijak harus mampu memilih orang yang tepat untuk dijadikan jembatan atau lazim kita kenal dengan istilah ‘tangan kanan‘.

“Peran tangan kanan ini sangat penting, karena selain menjadi jembatan antara seorang pemimpin dengan kabinetnya serta dengan masyarakatnya, tangan kanan ini berperan sebagai ‘modem’ yang akan menyambungkan sinyal dari sang pemimpin kepada siapapun yang dikehendakinya,” ungkap Dewa Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya yang memiliki segudang pengalaman dalam urusan birokrasi dan struktur keorganisasian.

Akibat dari banyaknya beban dan tanggung jawab serta berjubelnya pengetahuan dan keilmuan yang membumbui pola pikir dari seorang pemimpin. Tidak jarang seorang pimpinan menjadi tidak mudah untuk dimengerti arah kebijakan atau pembicaraan yang dikemukakanya. Karenanya sangat perlu adanya keberadaan orang yang mampu menjabarkan hal-hal penting tersebut. Karena kesalahan dalam menjabarkan kebijakan atau perintah pemimpin, dipastikan akan berakibat fatal dan berdampak luas.

“Istilahnya tanpa berbicara pun, hanya dengan saling memandang dan siratan kode dalam mimik wajah saja, seorang tangan kanan harus sudah mampu mengartikan dan menjabarkan serta mengimplementasikan arah kebijakan pimpinanya,” ungkap pria yang saat ini masih aktif sebagai perwira berpangkat AKBP di Mabes Polri ini.

“Begitu pula sebaliknya, tangan kanan juga harus mampu memberikan informasi yang didapatkan dari luar dengan jelas namun singkat, dengan tata cara dan etika yang dimengerti penuh oleh sang pemimpin. Jadi semua hal bisa tersambung dengan baik,” kata pria berdarah asli Bali ini.

Sering kali pemimpin juga harus membuat jarak dengan jajaran kabinet dan masyarakatnya, demi kebaikan semua pihak.

“Sering kali pemimpin juga mesti membuat jarak dengan pihak lain, ibarat bulan atau gunung yang tetap tampak gagah dan indah serta mempesona karena memiliki jarak yang renggang dengan penikmatnya atau pengagumnya,” kata Perwira Polri yang beberapa tahun lalu sempat menjabat sebagai Kapolsek di Serpong Banten dan saat itu dikenal dengan nama AKP Dewa Wijaya ini.

“Itu bukan berarti pemimpin itu harus sombong lho ya,.. tapi jika terlalu dekat dengan banyak pihak, kadang kala sering malah lebih banyak mudarat dari pada manfaatnya,” tutup Dewa tanpa menjelaskan terlalu detail terkait ungkapan terakhirnya itu. (red)


]]>

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait