Dewa Wijaya: Roda Kehidupan Ternyata Berbahan Bakar Kesombongan

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
Dr. Dewa Wijaya
Dr. Dewa Wijaya dalam suatu momen menunggu jadwal keberangkatan di salah satu terminal transportasi umum

(AL IQRO’ Ampenan) ‘Setiap orang ada masanya, dan setiap masa ada orangnya’. Kalimat itu sudah tidak asing lagi terdengar dan sepertinya tidak sulit dimengerti maksud dan maknanya. Namun tidak banyak orang yang terdetik hatinya untuk lebih dalam menelaah dan merenungkan, semesta luas cakupan yang diliputinya.

“Ada hukum kausalitas atau hukum sebab akibat yang mendasari rentetan kejadian pada kalimat tersebut” Kata seorang pengamat sosial budaya Dewa Wijaya di Jakarta, Selasa (25/05/21).

“Karena jika ditelaah, tidaklah mungkin seseorang atau suatu kelompok akan bisa berkuasa pada suatu masa secara tiba-tiba. dan lebih mustahil lagi suatu rezim atau individu yang berkuasa akan jatuh tanpa ada sebab yang mendasarinya,” sambung pria bergelar Doktor yang sampai saat ini juga masih aktif sebagai seorang perwira di Mabes Polri ini.

Lebih jauh, Ia menjelaskan bahwa suatu sebab yang mendasari terjadinya suatu kejadian, juga memiliki sebab yang tidak tampak mata.

“Saya mengambil contoh runtuhnya kejayaan Firaun dan robohnya tembok kokoh milik Raja Troy, kedua kejadian itu sebab musabab dan seperti apa kejadianya, kita semua sudah familiar. Namun jika dipelajari mendalam ternyata bersumbu pada kesombongan kedua tokoh tersebut,” ungkap Dewa Wijaya.

“Karena biasanya perasaan jumawa ini akan melahirkan sikap kurang waspada dan teledor. Sehingga hal-hal yang seharusnya menghawatirkan menjadi tampak remeh,” papar pria berpangkat AKBP yang dulunya pernah menjabat selaku Kasat Reskrim Polres Bandara Soeta dan dikenal dengan nama AKP Dewa Wijaya ini.

Sifat jumawa dan meremehkan ini memang ada dalam setiap manusia normal. Kemampuan setiap individu untuk mengontrolnya menjadikan setiap orang memiliki kadar kebijaksanaan yang bervariasi. Sifat tersebut ikut lahir menjadi salah satu sifat dasar dalam diri manusia.

“Saya merasa Yang Maha Kuasa sengaja menempatkan sifat itu pada setiap hambaNya. dan ada saatnya seseorang yang sedang berkuasa, seperti tak mampu membendung birahi jumawa tersebut. Sepertinya itu cara Dia melakukan rotasi dalam setiap era perubahan penguasa atau rezim,” sambung pria berparas tegas ini.

“Perubahan tersebut sering dianalogikan sebagai roda kehidupan yang berputar terus dan ternyata menggunakan rasa sombong dalam diri manusia sebagai salah satu bahan bakarnya,” jelasnya.

Disebutkanya juga bahwa hal itu seperti sesuatu yang telah digariskan dan Yang Maha Kuasa menjalankan pola tersebut untuk mengintervensi peralihan penguasa.

“yang sedang berkuasa saja kalau sudah mulai tampak jelas kesombonganya, artinya ia akan segera jatuh. Nah… bagaimana dengan yang tidak berkuasa atau tidak memiliki kekuatan tapi masih jumawa?.. entahlah,” tutup Dewa sembari terkekeh ringan. (red)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait