Ambang Kehancuran Adalah Saat “Jendral Perang” Lirik Kursi Sang Raja

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
ambang kehancuran jendral

(AL IQRO) – Banyak yang tak mengerti bahwa darah seorang pemimpin mengalir sejak ia dilahirkan. Lebih banyak lagi yang tak memahami bahwa tidak semua pemimpin harus mencapai posisi tertinggi dalam suatu bentuk keorganisasian. Karena kepemimpinan memiliki tingkatan dan fungsi masing-masing yang semua penting dan vital sesuai posisinya.

“Salah satu contoh di era abad pertengahan yang struktur pemerintahanya berbentuk kerajaan. Para panglima perang bertugas melindungi raja, kerajaan dan rakyatnya. Ia pastinya adalah seorang pemimpin bagi pasukanya,” kata seorang pengamat sosial budaya Dewa Wijaya di Mataram.

“Artinya seorang jenderal perang harus mengerti kapasitas dan posisinya. Karena akan timbul masalah besar saat jenderal perang tersebut lupa akan kapasitanya itu, apalagi jika sampai ada terdetik dalam hati atau fikiranya bahwa ia memiliki kemampuan lebih dari sang raja,” sambung Dewa.

Dewa meyakini bahwa kehidupan di muka bumi merupakan suatu sistem dengan sekenario yang telah tertata dengan baik dan rapi. Artinya semua orang yang diciptakan dan lahir di muka bumi telah memiliki peranya masing-masing. Setiap personal telah dibekali dengan kapasitas serta kemampuan sesuai dengan peran yang akan dilakoninya tersebut.

“Semua yang terjadi adalah sesuai dengan kehendak Yang Maha Kuasa, dan semua yang terjadi pasti adalah yang terbaik bagi semua pihak. Tidak lah mungkin kita sebagai manusia lebih memahami apa yang terbaik bagi seseorang dibandingkan dengan penciptanya,” Ungkap Dewa.

“Malah terkadang banyak dari kita yang belum memahami apa yang terbaik bagi diri kita sendiri,” Sambung pria yang dalam pengalaman hidupnya, telah menjelajah banyak daerah di dalam dan luar negeri tersebut.

Karena ketidak tahuan tersebut, ditambah dengan bisikan dari pihak lain, tidak jarang ada orang yang melupakan kapasitas, tugas dan tanggung jawab yang sebenarnya menjadi ranahnya sendiri. Yang seharusnya jika posisinya itu tetap mampu ia pertahankan, akan membawanya pada kemuliaan meski tidak dengan menjadi pimpinan tertinggi.

“Seorang panglima perang akan mulia dan harum namanya saat ia tetap memegang teguh poisisnya, dan berjuang dengan penuh keikhlasan menunaikan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal,” jelas Dewa.

“dan tidak sedikit kita dengar kisah para panglima yang sebelumnya gagah berani harus berakhir memalukan dan terhina karena berkhianat pada khalifahnya,” Tutup Dewa mengakhiri wejanganya. (red).

]]>

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait