Diantara Gedung Tinggi, Meresapi Hampa Dalam Damai Penantian Matahari

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
diantara gedung tinggi ibu kota

(AL IQRO’ – Mataram) Setiap insan yang dilahirkan diatas muka bumi pasti memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Disadari atau tidak, alur kehidupan akan membentuk karakter seseorang, sekaligus akan membawanya menempati posisi yang memang harus diperankanya. Terlepas dari apakah peran tersebut dijalaninya dengan sepenuh hati atau tidak.

“Kurang lebihnya ya,.. sering dikenal oleh orang-orang dengan sebutan kodrat hidup manusia. Peran dan karakter setiap orang tidak pernah meleset dari sekenario yang dituliskan oleh Nya,” ulas Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya, seorang pemerhati sosial budaya saat dihubungi di kantornya, didalam salah satu gedung Markas Besar POLRI di Jakarta, Selasa (05 05 2020).

Menurutnya memang tidak banyak orang yang mengetahui dan menyadari tentang garis kodrat tersebut. Tidak sedikit juga yang tahu dan mengerti namun lebih memilih untuk mengabaikanya. Entah karena terpengaruh oleh nafsu manusiawi atau memang ada faktor lain, yang akhirnya membuat banyak orang sepertinya tidak lagi mau peduli pada hal penting tersebut, belakangan ini.

“Seperti contohnya pada beberapa instansi dan organisasi, yang seharusnya menjadikan fungsi pelayanan terhadap masyarakat, sebagai marwah dalam langkah kerjanya. Namun pada kenyataanya malah lebih tampak bekerja tidak seperti yang seharusnya, dan belakangan melencengnya pola kerja tersebut tambah lama tambah terlihat nyata.” Ungkap Dharma Wijaya memberi contoh yang dibuatnya dengan sangat halus dan sumir.

Disebutkanya juga bahwa sejumlah aturan yang sudah berlaku dan beberapa aturan lain yang belakangan sedang dalam proses pembentukan, berpotensi akan membuat bertambahnya ketidak teraturan dalam sejumlah tatanan kemasyarakatan. Terutama yang berkaitan dengan teknis dan pola menjalankan fungsi penegakan hukum yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat luas.

“Aturan terkadang tampak diberlakukan dengan kurang memperhatikan kesiapan perangkatnya. Tentu kondisi seperti itu akan sangat berpotensi memberi dampak negatif dan cenderung akan sangat beresiko bagi banyak pihak, terutama untuk masyarakat luas.” Ungkap DW masih dengan bahasa yang gamang dan luas.

“Namun ya,.. sebaiknya kita ikuti saja dulu. Sembari mencoba terus membaca dan mempelajari sekenario Sang Maha Penulis tentang apa yang sebenarnya Dia inginkan untuk muka bumi ini.” kata DW.

“Kita tetap harus bisa menikmati nuansa khidmat saat membaca alam semesta, meski berada diantara gedung-gedung tinggi Ibu Kota. Sembari merasakan nikmatnya kedamaian dalam hampa, selama dalam masa penantian hingga datangnya Matahari yang akan berjuang dengan semangat Merah Putih membalut Jiwa dan Raga hanya untuk Ibu Pertiwi… Amin…” tutupnya mengakhiri percakapan siang itu.. (red).

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait