AL IQRO’ Ampenan – “Menemukan, merasakan, memahami dan menjalankan kebenaran yang hakiki dalam kehidupan merupakan kebutuhan mendasar setiap individu manusia. Meskipun tidak disadari atau tidak diakui sekalipun, rasa haus akan kebenaran itu pasti akan menjadi tuntutan setiap manusia. Yang akan datang pada saat yang berbeda-beda bagi masing-masing individu,” ungkap AKBP Dr. Dewa Wijaya pada suatu momen tak resmi sewaktu berkumpul bersama sejumlah rekan kerjanya di Tangerang, Sabtu (18/6).
Dilanjutkannya bahwa salah satu contoh paling sederhana dalam upaya manusia mencari dan menuntut kebutuhan mendasar akan kebenaran itu, setiap hari dapat disaksikan terjadi di kantor-kantor penegakan hukum di seluruh dunia. Kantor Polisi, Kejaksaan, Pengadilan, Lemaga Bantuan Hukum, Kantor-kantor Pengacara dan sejumlah kantor lembaga sejenis seluruhnya sibuk beraktifitas karena adanya upaya penegakan hukum yang bermuara pada terpenuhinya kebutuhan akan keadilan dari personal atau sejumlah pihak tertentu.
“Nah… landasan dari keadilan itu tidak lain bersumber dari kebenaran,” sambung pria bergelar Doktor ahli hukum pidana tersebut.
Penegakan hukum yang berkeadilan menurut Dewa tak mungkin bisa dilepasakan dari teori-teori akan kebenaran itu sendiri. Sehingga pembahasan panjang dalam berbagai diskusi komperhensif yang membahas tentang teori-teori kebenaran, seakan tidak pernah usai dilakukan oleh para pemerhati dan ahli filosofi ini. Sejumlah buku filsuf yang membahas tentang teori-teori kebenaran pun sudah banyak dihasilkan oleh para pemikir-pemikir handal di berbagai tempat di belahan bumi.
“Meski akan terus berkembang, teori kebenaran yang telah tertuang dalam berbagai bentuk kitab filosofi tidak akan bisa banyak memberi manfaat dalam kehidupan manusia secara luas. Karena kunci dari terwujudnya kebenaran itu sendiri berada pada pelaksana atau manusia yang menjalankanya,” sambung Dewa mengungkapkan pendapatnya secara implementatif.
Menurutnya, teori dan aplikasi dari kebenaran hanya akan bisa menjadi kiblat bagi manusia yang telah selesai dengan kehidupannya sendiri. Yaitu pihak yang seluruh kebutuhan pribadinya telah terpenuhi dan telah dirasakan cukup olehnya.
“Orang kuat, cerdas, pandai dan pintar bila dirinya masih banyak keinginan, ambisi terhadap materi dan nafsu. Maka semua kecerdasan, kepandaian dan kepintarannya pasti akan hilang. Karena semua keputusan dalam hidup akan berdasarkan keuntungan dan kepentingan pribadinya semata,” papar Dewa menjelaskan pemahamannya.
“Ambisi dan nafsu itu akan menutupi akal sehat dan menggiring manusia untuk mengikuti keinginan kebutuhan pribadinya saja,” ungkap pria yang kesehariannya telah lama dikiprahkannya dalam upaya penegakan hukum melalui institusi Polri tersebut. (red)





