(AL IQRO’ Ampenan) “Ujung dari ilmu bukan hanya pengetahuan, namun harus bisa diimplementasikan dalam perbuatan dan keseharian,” kalimat ini bukan hal yang baru terdengar diungkapkan oleh seorang Perwira aktif Polri berpangkat melati dua, yang dikenal dengan panggilan Dewa Wijaya ini. Dalam banyak kesempatan, pria bergelar Doktor Cum Laude ilmu hukum itu, sering mengingatkan semua pihak yang berinteraksi dengannya agar tidak cepat berpuas diri dengan keilmuan telah yang dimiliki.
“Negara ini banyak memiliki orang yang diakui pintar secara akademik maupun non akademik. Namun banyak juga yang keseharianya tampak tidak sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya itu,” ungkap Dr. Dewa pada suatu kesempatan, jumat (30/4/21).
Menurutnya banyak orang yang malah dengan keilmuanya berbuat kesalahan yang tampak disengaja. Bahkan kelimuan yang dimiliki semakin membuat kesalahan yang dilakukanya semakin besar dan massif.
“Banyak orang yang ahli ilmu pidana, malah melakukan tindak pidana yang jauh lebih parah dibandingkan dengan orang-orang yang tidak mengerti aturan hukum sama sekali. Dalam tindak pidana korupsi misalnya, para pelaku yang mengerti aturan malah biasanya korup lebih besar dibanding pelaku lainya,” Ungkap pria yang beberapa tahun lalu sempat menjabat sebagai Kapolsek di Seropng Banten dan dikenal dengan panggilan AKP Dewa Wijaya ini.
Dikatakanya juga bahwa kondisi yang sama juga terjadi pada banyak pihak yang tercatat menyandang gelar akademis maupun non akademis sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu. Mereka malah menyalah gunakan gelar yang dimiliki dengan memanfaatkan keahlianya untuk melanggar aturan dan merugikan orang lain.
“Maka sebenarnya tinggi atau tidaknya ilmu seseorang tidak cukup jika hanya diukur dengan gelar yang disandang atau kemampuanya berteori dan bekerja semata. Namun akan lebih komperhensif jika dinilai dari keseharinya juga. Secara sederhana nilai tingkat keilmuan seseorang sebaiknya diukur dari adab kehidupanya sehari-hari” Ungkapnya.
“Dalam bahasa keseharian saja sering kita dengar bahwa kaum atau bangsa yang maju pasti akan disebut sebagai bangsa atau kaum yang beradab, dan satuan ukuran dari kemajuan kelompok manusia tersebut disebut peradaban. Sebaliknya bangsa yang kehidupanya tidak teratur disebut kaum barbar,” tutup pria yang sekarang masih aktif berdinas di Mabes Polri tersebut. (red.)