Camilan “Nyalit” Penggugah Memori Dari Lombok

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
tolang kuloh

(AL IQRO’ – Mataram) Sekarang tidak banyak orang yang mengenal jenis camilan ini. Biji dari buah kulur atau yang juga dikenal dengan nama biji kluwih ini, di era sebelum tahun 2.000-an sangat familiar dengan keseharian masyarakat Pulau Lombok. Selain buah dan bijinya yang masih muda sering dijadian sayur, khusus biji tua dari buah ini juga sangat sering dijadikan kudapan atau camilan yang diproses pengolahanya hanya dengan direbus tawar saja.

Biji dari tumbuhan pohon keras yang bernama latin Artocarpus Camansi ini, beberapa tahun lalu sangat mudah ditemui tumbuh di sekitar pemukiman masyarakat Sasak Lombok. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab camilan berbahan biji kulur yang dikenal warga Lombok dengan nama tolang kuloh ini, menjadi akrab dengan keseharian masyarakat tersebut.

Maka akan sangat tidak mengherankan, jika banyak memori yang melekat dalam ingatan masyarakat, akan tergugah kembali saat camilan ini dihadirkan di era sekarang ini. Siapapun yang sempat merasakan hidup di era transisi perkembangan teknologi itu, tentunya memiliki banyak memori tentang betapa cepatnya terjadi banyak perubahan dalam pola hidup masyarakat. Jika dibandingkan dengan era sosial media saat ini. Tak ayal saat kudapan ini disuguhkan pada orang yang sempat merasakan era transisi perubahan itu, materi obrolan yang muncul akan cenderung berisi tentang memori kejadian dan kondisi saat makanan tersebut masih sangat familiar dengan kehidupan mereka dulu.

Dari sisi rasa, sebenarnya tak ada yang istimewa dari kudapan ini. Hanya saja cita rasa hambar tawar yang dihadirkanya, akan sangat cocok disandingkan dengan secangkir kopi panas tak manis untuk menemaninya. Setiap gigitan akan memberi sensasi khas. Karena biji kulur yang direbus dengan proses dan tahapan yang benar, akan memiliki tekstur khas yang dalam bahasa sasak dikenal dengan istilah “nyalit”.

Semua kondisi tersebut, akan mampu membawa penikmat biji kulur kembali terbang mengingat situasi masa lalunya masing-masing. Sayangnya keindahan sensasi hadir kembalinya memori tersebut, hanya dapat diraskan oleh penikmat tertentu saja. Yaitu bagi mereka yang telah lahir di era tahun 1970 hingga 1980-an yang lalu. (red)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait