Kaya,.. Tapi Mirip Mobil Mewah Dalam Garasi, Untuk Apa?

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
mobil mewah dalam garasi

(AL IQRO’) – Beberapa tahun belakangan, orang yang tergolong kaya hingga kaya raya tampak terus bertambah jumlahnya. Perkembangan teknologi dan budaya serta gaya hidup masyarakat di seluruh belahan dunia, membuka peluang besar bagi banyak orang untuk bisa meraup keuntungan dengan lebih masive jumlahnya. Konsentrasi perputaran uang pun sudah tak lagi terpusat di beberapa tempat saja. Akibat perkembangan teknologi informasi, perputaran uang dalam jumlah besar bisa terjadi dimana saja.

Namun kondisi ini tidak paralel dengan perkembangan kualitas kehidupan masyarakat secara umum. Banyaknya jumlah orang kaya dan sebaran mereka yang sudah sampai di pelosok desa dan kampung, ternyata tidak membuat kualitas kehidupan masyarakat secara umum juga ikut meningkat. Masyarakat misikin yang tidak mendapat kesempatan untuk bisa meraih keuntungan dari perkembangan pola hidup itu, tetap saja masih miskin, malah ada yang jadi lebih terpuruk dari sebelumnya.

Salah satu hal yang menjadi penyebab terjadinya kondisi itu menurut pengamat sosial budaya Dewa Wijaya, adalah karena banyak orang yang diberi amanah untuk menjadi kaya, namun belum siap secara mentalitas untuk berada diposisi tersebut. Mental untuk mau berbagi dan membantu orang lain dengan maksimal, menurut Dewa seharusnya menjadi bagian dari paket amanah bagi setiap orang yang tergolong mampu tersebut.

“Seingat saya beberapa waktu lalu saat masih zaman para orang tua kita dulu, orang-orang yang diberi amanah memiliki kelebihan harta hampir selalu bisa dipastikan juga memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain,” Kata Dewa saat menemui puluhan aktifis anti narkoba MAPAN di Mataram, Selasa (12/3).

Namun beberapa tahun terkahir tampak hal itu sudah terkikis, sehingga banyak orang kaya yang hampir tidak memberi manfaat apapun pada orang lain disekitarnya. Sehingga kesenjangan yang terjadi antara kaum kaya dan miskin terus semakin melebar.

“Banyak orang kaya dan orang hebat sekarang ini mirip seperti mobil mewah dalam garasi. Bagus dan mempesona namun tidak ada manfaat atau fungsinya sama sekali,” ungkap Dewa.

Ia mengingatkan dan mengajak semua aktifis anti narkoba yang hadir saat itu, agar tidak hanya mengejar materi dunia dalam melakoni kehidupan. Namun juga harus belajar menumbuhkan empati dan memupuk mental kemanusiaan, agar tidak menjadi mobil mewah dalam garasi seperti yang diilustrasikanya itu.

“Kita jangan pernah lupa karma. Kehidupan itu seperti roda yang berputar. Kadang kita diatas kadang dibawah,” ungkapnya.

“Mungkin bukan kita yang akan menerima karmanya jika kita tidak bisa berempati. Tapi bagaimana dengan anak keturunan kita nanti?” tandas Dewa sembari tersenyum tipis kepada puluhan pemuda pemudi yang mengikuti pertemuan tersebut.

Pertemuan itu sendiri digelar sebagai langkah awal MAPAN (Masyarakat Peduli Anti Narkoba) untuk bisa berbuat lebih maksimal bagi masyarakat dari NTB. Pengurus MAPAN di NTB meminta langsung Dewa Wijaya untuk menjadi pembina agar lebih bisa berbuat untuk pemberantasan penyalah gunaan narkoba kedepanya. (red).

]]>

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait