Berharap Hanya Pada Kepastian

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest
dewa wijaya saat melaksanakan ritual di salah satu pemandian di pulau jawa

(AL IQRO’) – Budaya saling membantu memang menjadi kewajiban bagi sesama manusia. Bahkan dalam budaya adat masyarakat timur, membantu tanpa pamrih menjadi sesuatu yang sudah tidak asing lagi didengar telinga. Namun sangat penting untuk dipastikan sebelum menawarkan atau memberikan bantuan, kapasitas kemampuan diri dari pemberi bantuan. Karena memberi bantuan yang ujungnya tak sesuai harapan, akan menumbuhkan beban dan kerap menimbulkan masalah baru.

“Menawarkan atau memberi bantuan kepada yang membutuhkan memang menjadi kewajiban, namun sangat penting sekali untuk mengukur diri sebelum membantu, agar tak timbul masalah baru di belakang hari,” ungkap Dewa Agung Dharma Wijaya seorang pemerhati sosial budaya di Jakarta baru-baru ini.

“Hukumnya sama seperti janji, akan menjadi hutang yang di bawa mati jika tak ditepati,” sambung Dewa.

Disebutkanya juga bahwa banyak pihak yang kerap menawarkan dan memberi bantuan pada orang lain, tanpa berfikir panjang dan mengukur diri terlebih dahulu. Apakah bantuan yang diberikanya akan memberi hasil sesuai dengan harapan atau tidak. Lebih parahnya lagi, malah tidak sedikit orang yang menawarkan bantuan dengan mengandalkan orang lain sebagai jaminan, bahwa apa yang ditawarkan akan menuai hasil sesuai dengan yang diharapkan.

“Tidak jarang lho, ada orang yang membawa nama besar orang lain yang dijaminkan akan memberi bantuan. Dalam fase ini biasanya bantuan yang ditawarkan ada pamrihnya, meskipun pamrih itu tidak disebutkan secara jelas,” sambung Dewa.

Pihak yang menawarkan bantuan dengan membawa nama besar orang lain itu, biasanya kurang mampu mengukur kepastian tingkat capaian dari bantuan yang ditawarkanya. Jika bantuan berujung tidak sesuai ekspektasi, pihak tersebut sering kali akan menganggap diri tidak bertanggung jawab langsung terhadap kondisi akhir itu.

“Awalnya mereka sangat yakin bantuan yang ditawarkan akan sesuai hasil. meski keyakinanya itu dibahasakan dengan sangat halus dan masih mengandalkan orang lain. Saat ujungnya tidak sesuai ekspektasi, mereka biasanya dengan ringan hati melepas tanggung jawab, malah banyak yang merasa tidak bertanggung jawab sama sekali,” tegas Dewa.

“yang begini ini kan tidak benar namanya,” sambungnya sambil tersenyum tipis.

Menurut Dewa, siapapun yang berada dalam kondisi membutuhkan bantuan. Setidaknya pasti akan menaruh harapan, bahkan semampunya akan memberi penghargaan kepada siapapun yang dinilainya mampu untuk membantu. Pihak yang membutuhkan bantuan ini juga tidak akan sembarangan memberi kepercayaan dan penghargaan, jika pihak yang akan membantu tersebut tidak memberi keyakinan akan kemampuanya dalam memberi bantuan tersebut.

“Nah,.. kalau ujungnya tidak sesuai eksepktasi,.. sementara kepercayaan, harapan dan penghargaan semua sudah diberikan,.. itulah yang namanya PHP,” ungkap Dewa tegas.

“Masak iya pelaku PHP tidak harus ikut bertanggung jawab? Tidak bisa begitu dong,…” tutupnya sembari menyeruput kopi yang masih tampak hangat dari dalam cangkir. (red.)

Bagikan

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on pinterest

Berita Terkait